Suhari Aoh: Dulu Pelabuhan Perikanan dan MBC Dikelola Koperasi Bersih dan Asri







Inilah kondisi saluran/drainase Pelabuhan Perikanan Samudera Indonesia Muara Baru. Limitnews.net/Herlina

12/13/2021 12:08:33

JAKARTA - Kegiatan usaha di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara sejak dibuka sekitar tahun 1990 terintegrasi sehingga semua sektor menjadi efisien, berkualitas dan proses yang cepat. Pengelolaan Muara Baru Center (MBC) Pelabuhan Perikanan Samudera Indonesia kala itu masih ditangani koperasi.

Pengelolaan MBC yang tadinya dikelola koperasi diambil alih PT. Perum Perindo (Perusahaan Umum Perikanan Indonesia) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Indonesia Muara Baru. Seiring waktu berjalan, dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini, PPS terus digenangi banjir rob. Bahkan kalau hujan, areal pelabuhan juga banjir karena drainase tersumbat akibat dari berbagai bangunan-bangunan gedung kantor dan pabrik yang begitu pesat.

Sayangnya pembangunan gedung kantor dan pabrik itu diduga tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan, sehingga menimbulkan sejumlah masalah dikemudian hari.

Hal itu disampaikan Suhari Aoh salah satu stokeholder Pelabuhan Perikanan Samudera Indonesia Muara Baru, kepada limitnews.net melalui wawancara via WhatsApp, Minggu (13/12/2021) pagi diselah-selah olahraganya.

"Sekarang ini kondisi Pelabuhan Perikanan Samudera Indonesia Muara Baru sudah sangat memprihatikan. Jalan serba serbi seperti nasi-campur. Pokoknya campuraduk! Ada jalan yang tinggi, ada jalan yang rendah, ada jalan yang berlobang-lobang. Ada banjir sepanjang masa, limbah mengalir kejalan umum, ada Septic tank (toilet) mampat. Dulunya septic tank adanya di lahan hijau depan gedung Muara Baru Center (MBC). Tetapi sekarang lahan hijau berubah menjadi cold storage (CS). Akibatnya pemandangan semakin amburadul," ujar Suhari atau yang bisa dipanggil Aoh itu.

BACA JUGA: Aoh: Pengelola Pelabuhan Harus Lindungi Pengguna Jasa Kepelabuhanan Muara Baru

Dia menyampaikan bahwa mampatnya toilet akibat dari septic tank yang tertutup bangunan. Panel listrik juga amburadul karena banyak warung-warung berdiri. "Ini sangat bahaya,” ujar pemilik usaha spare parts hydraulic kapal itu.

Yang lebih parah tambahnya ada oknum memanfaatkan WC atau toilet sebagai ruang usaha. Hal ini terendus ada ‘permainan’ antara Perum Perindo (Perikanan Indonesia/BUMN).

"Kedengaran memang sangat menggelitik, tapi itu faktanya. Setiap bulan kami dikutip iuran untuk maintenance (perawatan), tapi Pelabuhan terus banjir. Jalan di dalam pelabuhan hampir seluruhnya amburadul," ungkap Aoh.

Dia menyesalkan adanya perubahan buruk sejak Perum Perindo ambil alih dari Koperasi, kinerja semakin bobrok. Terutama sarpras (sarana prasana), fasilitas umum yang semakin tidak terurus. Buruknya pelayanan umum itu juga menimbulkan sejumlah masla.

"Sering ada kejadian, pekerja naik motor mengalami kecelakaan karena kondisi jalan yang hancur. Kondisi genangan air bekas banjir rob maupun hujan bercampur limbah yang bau dan kotor,” keluh pengusaha kelahiran Bagan Siapiapi, 57 tahun yang lalu itu.

Aoh menceritakan buka usaha bengkel bubut di MBC Tahun 1988, dan mulai fokus pada kapal 10 tahun kemudian (tahun 1998). Usaha bengkel bubut sekarang dengan komputerisasi.

"Saya juga desain (manufacturing) power steering/hyrdaulic untuk kapal. Lalu saya menjual dan service kepada pelanggan. Semua kapal laut menggunakan power steering, saya menerapkan teknologi lokal, bukan luar negeri,” tutur Suhari Aoh.

 

Penulis: Herlina

Category: JakartaTags:
author
No Response

Comments are closed.