GMIT Desak Pemerintahan Jokowi-JK Bubarkan FPI

1023







KUPANG - Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mendesak pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk segera membubarkan Front Pembela Islam (FPI), sebagai ormas yang selalu menebar kebencian, permusuhan serta provokatif di tengah masyarakat dewasa ini.

"GMIT sudah menyatakan sikap tegas dan meminta agar FPI dibubarkan. Pemerintah mestinya konsisten menindak kelompok-kelompok yang suka menebar kebencian dan memprovokasi serta melakukan kekerasan," kata Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt Dr Mery Kolimon di Kupang, Kamis (11/5).

Pemerintah sudah mengambil kebijakan tegas dengan membubarkan HTI, namun belum bersikap terhadap FPI yang selalu menjadi motor penggerak kerusuhan serta menebar rasa permusuhan dan intoleransi di Indonesia dewasa ini.

Hampir di semua daerah, eksistensi FPI sudah ditolak karena berpotensi memicu terjadinya kerusuhan, menebar kebencian dan intoleransi, sehingga tidak disukai untuk berkembang di Indonesia.

Kolimon mengatakan bersama tokoh lintas agama sudah menemui DPRD NTT untuk menyampaikan sikap tegas yang meminta pemerintah membubarkan HTI dan FPI. Selain menemui pimpinan DPRD NTT, pendeta perempuan ini juga menulis surat terbuka kepada pemerintah terkait dengan semakin hancurnya bangsa ini.

"Bangsa ini sedang berjalan menuju kehancurannya jika kita tidak kembali kepada komitmen untuk menghormati dan menjaga keberagaman bangsa, dalam semangat Pancasila dan UUD 1945," ujarnya.

"Kami tuntut kepada pak Presiden Jokowi. Tegakkan keadilan janganlah tebang pilih. Negara mesti konsisten menegakkan hukum terhadap para pelaku ujaran kebencian dan yang memprovokasi serta melakukan kekerasan," lanjutnya.

Dia juga mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air, lintas etnis dan agama untuk berteriak terus melawan ketidakadilan di republik yang Pancasilais ini.

"Mayoritas yang tidak suka pada arogansi dan kesewenang-wenangan jangan diam. Teriakkan fakta ketidakadilan dan ketidakbenaran ini dalam spirit antikekerasan. Sampaikan kemarahan dan kegalauan kita dengan tetap menjaga etika serta komitmen Indonesia adalah rumah bersama," ujarnya.

"Kita bukan anak tiri di rumah ini. Mari kita lindungi NTT dari benih radikalisme, mari kita jaga rumah bersama kita Indonesia. Negeri ini terlalu indah untuk diberikan kepada para penjahat," katanya. (ANT/SS)

Category: Plus
author
No Response

Comments are closed.